Untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar kita tidak harus menjadi ahli bahasa. penggunaan bahasa tulis yang amburadul di media sosial dapat mempengaruhi kemampuan menulis yang baik dan benar.
Selain media sosial, masih ada lagi faktor yang dapat menyebabkan kesalahan dalam menulis, yaitu kemampuan menggunakan lebih dari satu bahasa (dwibahasa) yang sangat rentan menyebabkan kesalahan dalam menulis.
Berdasarkan analisis kesalahan berbahasa, terdapat beberapa kesalahan dalam tataran semantik, yaitu adanya gejala hiperkorek dan pleonasme.
- HIPERKOREK
Hiperkorek merupakan kesalahan berbahasa yang terjadi akibat membetulkan bentuk yang sudah benar sehingga menjadi salah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) hiperkorek adalah tindakan yang bersifat menghendaki kerapian dan kesempurnaan yang sangat berlebihan sehingga hasilnya malah menjadi sebaliknya.Contoh :
utang (benar) - hutang (hiperkorek)
Insaf (benar) - insyaf (hiperkorek)
Pihak (benar) - fihak (hiperkorek)
Jadwal (benar) - jadual (hiperkorek)
Asas (benar) - azaz (hiperkorek)
Baca juga : Terima Kasih atau Terimakasih
- PLEONASME
Pleonasme adalah kesalahan berbahasa akibat kelebihan dalam pemakaian kata yang sebenarnya tidak diperlukan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pleonasme adalah pemakaian kata-kata yang lebih daripada yang diperlukan.Ada tiga macam pleonasme:
1. Penggunaan dua kata yang bersinonim dalam satu kelompok kata.
- Zaman dahulu (benar)
- Dahulu kala (benar)
- Zaman dahulu kala (pleonasme)
2. Bentuk jamak yang dinyatakan dua kali.
- Ibu-ibu (benar)
- Para ibu (benar)
- Para ibu-ibu (pleonasme)
3. Penggunaan kata tugas (keterangan) yang tidak diperlukan karena pernyataannya sudah jelas.
- Maju ke depan
-Terima kasih-
0 Response to "HIPERKOREK DAN PLEONASME"
Posting Komentar